Security Menara Bank D: Please deh!
Kejadian menarik baru saja saya alami. Saya datang ke Menara Bank D (nama disamarkan, lokasi di Mega Kuningan, Jakarta) dengan naik taksi Blue Bird. Biasanya taksi tidak boleh masuk, tapi karena hujan, setahu saya boleh. Jadi, saya minta supir taksinya untuk masuk, dan ternyata memang diijinkan. Saya perlu waktu untuk menulis voucher taksi, jadi saya minta taksinya untuk minggir sedikit, supaya tidak menghalangi mobil lain yg akan lewat.
Tiba2 kami didatangi oleh seorang security Menara Bank D (bapak Teguh) dengan pakaian jas lengkap, dengan tampang marah. Ketika saya turun, saya tanyakan ada masalah apa. Dia bilang, seharusnya taksi tidak boleh masuk. Saya tanya, walaupun hujan? Dia bilang, kalau hujan boleh. Saya tanya lagi, lho, ini kan hujan, jadi masalahnya apa? Dia bilang, taksinya berusaha parkir (minggir maksudnya). Saya bilang, saya yg minta taksinya minggir, krn saya perlu menulis voucher dan tidak mau menghalangi mobil lain. Dia bilang, ya sudah pak, tidak perlu diperpanjang lagi, tapi tetap dengan muka yang marah. Seorang rekannya datang, sepertinya lebih ramah, sambil tersenyum bertanya ada masalah apa. Saya jelaskan lagi bahwa rekannya marah karena taksinya minggir sebentar karena saya harus menulis voucher. Security yg pertama bilang, dia tidak ada marah, hanya mencegah taksinya untuk parkir. Yah, ulang lagi deh “diskusi” nya. Krn kesal, ya saya tinggalkan mereka.
Menara Bank D ini memang punya kebijakan keamanan yang agak aneh. Berikut beberapa diantaranya:
- Taksi di larang masuk. Entah apa tujuannya. Apakah memang pernah ada kejadian keamanan yg melibatkan taksi? Bukannya justru penjahat (dan teroris) biasanya menggunakan mobil pribadi? Akibat dari kebijakan ini, kita harus turun di luar gedung, atau berdiri di luar gedung kalau mau mencari taksi. Bikin repot tamu dan tenant saja. Anehnya, kalau hujan, taksi jadi boleh masuk. Malah saya pernah liat, taksi Silver Bird boleh masuk, walaupun tidak hujan. Jadi sebenarnya tujuan dilarang masuk apa, kalau ternyata exception nya bisa banyak begitu?
- Walaupun punya 2 gerbang masuk, pejalan kaki hanya boleh masuk dari pintu utama, yang lokasinya agak jauh dari halte. Ini juga menarik. Saya tidak mengerti alasannya. Kalau satu pintu ditutup total, jadi mobil juga tidak boleh masuk, saya bisa mengerti. Mungkin supaya lebih mudah mengontrol di satu pintu saja. Tapi ini hanya berlaku untuk pejalan kaki. Apa sih ancaman keamanan yg dihasilkan oleh pejalan kaki?
- Menggunakan gate masuk untuk manusia dengan kartu magnetik contactless, tapi implementasi di lapangan tidak berguna. Kalau yang sudah pernah ke gedung Bursa Efek Indonesia, mirip seperti itu. Bedanya, kalau di BEI, diterapkan kebijakan one exit for one entry. Maksudnya, kartu yg sama tidak boleh digunakan untuk membuka gate masuk lebih dari sekali. Jadi, harus keluar dulu baru bisa masuk lagi. Ini untuk menunjukkan fungsi utama dari model gate control seperti ini: untuk memastikan bahwa semua orang memiliki kartu masuk yang teridentifikasi. Nah, di Menara Bank D, anehnya, tidak diterapkan kebijakan one exit for one entry. Jadi, kartu yg sama bisa dipakai masuk berkali-kali. Jadi, kalo ada sekumpulan orang mau masuk, cukup punya satu kartu yg dipakai berkali-kali Apa gunanya pake gate control dong?
Menurut saya, inilah contoh kebijakan keamanan (security policy) yang ngga jelas gunanya. Menambah keamanan tidak, tapi justru merepotkan. Kalau istilahnya pakar security Bruce Schneier, “security theatre”. Kalo ada rekan pembaca yang kenal dengan tim security Menara Bank D, mohon bantuannya untuk menyampaikan keluhan saya ini. Soalnya kalo disampaikan ke petugas nya, hanya dijawab klise, “Peraturannya memang begitu pak”
Anyway, gimana menurut anda? Apakah memang peraturan-peraturan ini aneh? Atau saya aja yang terlalu sensitif? Ditunggu komentarnya.