AFI dan Indonesian Idol
Tergoda juga untuk membandingkan antara AFI dengan Indonesian Idol. Tapi, ini tujuannya bukan untuk melihat siapa yg paling baik, krn masing2 punya kelebihan dan kekurangannya masing2. Jadi, tolong baca dengan pikiran terbuka ya!
Aku coba bandingkan AFI dan Indonesian Idol dari berbagai aspek, sepanjang yg aku bisa ingat aja. Kenapa ngga dibandingkan dengan acara lain, seperti KDI? Krn aku jarang nonton =)
Pertama, pendekatan AFI dan Indonesian Idol mengenai penampilan hasil SMS sangat berbeda. AFI dengan rajin selalu menampilkan hasil SMS, baik selama acara berlangsung (dan selama 1 minggu) maupun setelah acara berakhir. Di satu sisi, hasil ini jadi transparan sekali, semua orang bisa melihat hasilnya. Tapi, di sisi lain, cara spt ini mengundang “histeria massa”. Dalam arti, mengundang orang mengirim SMS untuk “memperbaiki” posisi peserta favoritnya. Sepertinya memang ini yg diinginkan oleh Indosiar, dan justru coba dihindari oleh RCTI. Hanya saja, setidaknya RCTI harusnya bisa memunculkan hasil akhir Grand Final Indonesian Idol. Toh tidak merugikan siapa2 kan? Apa salahnya hasil ini ditampilkan saja?
Kedua, pendekatan AFI dan Indonesian Idol soal asal-usul peserta juga sangat berbeda. AFI dengan “bangganya” selalu menyebutkan “si Anu dari kota Anu”. Ada sentimen kedaerahan di sana. Tentu saja, lagi2 tujuannya adalah untuk menciptakan histeria massa, supaya penonton dari kota2 tersebut akan mengirimkan SMS mendukung peserta dari kotanya. Cuman, ya itu, sentimen kedaerahan jadi seperti terlalu ditonjolkan. Sangat berbeda dengan Indonesian Idol, yg tidak pernah menyebutkan asal peserta sama sekali selama acara. Mungkin krn Indonesian Idol di comot dari Amerika, yg sentimen kedaerahannya tidak sekuat Indonesia.
Ketiga, juri-juri Indonesian Idol dan komentator di AFI juga sangat berbeda. Juri Indonesian Idol sudah dilibatkan sejak seleksi peserta, sementara komentator AFI hanya terlibat sewaktu acara utama saja. Tapi, komentator AFI terasa lebih “berbobot” daripada juri Indonesian Idol, terutama Tri Utami yg selalu melontarkan kritik yg sangat membangung. Juri Indonesian Idol? Sering sekali hanya melontarkan kalimat pendek yg sama sekali tidak membantu pesertanya.
Keempat, soal jarak antar angkatan, yg jauh berbeda. AFI sepertinya sedang “kejar setoran”, begitu AFI 1 selesai, langsung mulai AFI 2, dan seterusnya. Mungkin tujuannya supaya penonton tidak sempat “lupa” dengan AFI. Tapi, efek sampingnya, penonton juga jadi bosan. Seperti aku sendiri, yg akhirnya menganggap acara AFI seperti acara biasa aja, krn terlalu sering ada =) Lagian, fans setiap peserta AFI jadinya tidak terlalu fanatik. Belum sempat nge-fans dengan Kia AFI 1, udah disodori Tia AFI 2, dan sekarang udah ada Sutha di AFI 3. Jadinya, para peserta cepat sekali dilupakan oleh fans. Beda sekali kasusnya dengan Indonesian Idol. RCTI sudah menegaskan bahwa Indonesian Idol hanya akan dilakukan 1 tahun sekali. Jadi, angkatan pertama Indonesian Idol (Joy, Delon, dll) bisa “menikmati” ketenaran mereka selama setahun, sebelum Indonesian Idol 2 di mulai. Secara bisnis, rasanya lebih fair buat para peserta.
Kelima, soal peserta. Biarpun pola penjaringan peserta lumayan mirip, entah kenapa, aku merasa bahwa kualitas peserta Indonesian Idol jauh di atas peserta AFI. Malah akhir2 ini aku merasa peserta AFI jelek sekali kualitasnya, apalagi kalo kita liat konser AFI yg setiap hari senin, dari kota ke kota. Dengan tidak malu2, mereka bisa bernyanyi fals. Gimana ini? Apa penjaringan AFI kurang selektif? Apa memang tidak ada Tia atau Kia atau Sutha lain di Indonesia? Kenapa kualitas Indonesian Idol bisa sebaik itu? Mungkin perlu dipertimbangkan lagi oleh Indosiar mengenai hal ini.
Keenam, dan terakhir, menurutku acara Indonesian Idol, entah kenapa, terasa sangat membosankan. Lagu2nya dinyanyikan pendek (ngga penuh), jadinya peserta tidak bisa menunjukkan kemampuan improvisasinya. Trus bagian pengumuman siapa yg tersingkir, sangaaaaat membosankan. Dengan banyak sekali jeda iklan, dan pembawa acara yg sangat tidak kreatif, ya begitu hasilnya. AFI, dengan segala kesederhanaannya, bisa (kadang2) membuat suasana yg mencekam, dengan kejutan di sana-sini. Walaupun harus diakui, ending AFI kesannya terlalu dibuat2, dengan tangisan dan koper yg kosong =)
Oke deh, segitu aja. Moga2 ngga perlu ditambah lagi, udah panjang banget soalnya =)