Medan Batak
Beberapa kali nonton acara AFI, trus ngeliat Veri tampil di Konser Ena’O di Indosiar, saya perhatikan ada beberapa poster yg dipegang penonton yg ada tulisan “Horas!”. Bahkan Veri (dan Yenni) sewaktu membuat yel di AFI juga ikut menggunakan “Horas!”. Ini jadi membingunkan, terutama untuk orang2 yg datang dari Medan, seperti saya. “Horas” itu digunakan oleh suku Batak, dan bukan oleh orang Medan. Mungkin orang2 yg bukan dari Medan (atau bukan dari Sumatera Utara) perlu penjelasan sedikit tetang hal ini.
Kalau kita bicara ttg kota Medan dengan orang2 dari daerah lain, sering sekali langsung dihubungkan dengan suku Batak. Beberapa kali saya perhatikan di TV, kalau sedang kuis interaktif dan ada penelepon dari Medan, si pembawa acara sering menyapa “Horas”. Padahal, kota Medan itu kota multi-etnis. Tidak ada etnis yg dominan di sana. Ada etnis Melayu, Batak, Karo, Cina, India, Nias, dll. Secara geografis, kota Medan lebih dekat dengan etnis Melayu (Deli). Jadi, sebenarnya lebih pas kalau kota Medan dihubungkan dengan etnis Melayu, bukan etnis Batak.
Etnis Batak sendiri, yg menggunakan sapaan “Horas”, berasal dari daerah Tapanuli (sekarang udah jadi beberapa kabupaten). Entah kenapa, kota Medan jadi indentik dengan suku Batak ini.
Sebenarnya Veri dan Yenni di konser Inaugurasi AFI sudah memberikan contoh yg benar untuk menunjukkan kemulti-etnisan Medan: mereka berkampanye dengan lagu Melayu (Selayang Pandang) dan menyapa penonton dengan sapaan “Horas”. Mungkin lebih lengkap lagi kalau sapaannya digabungkan dengan sapaan dari etnis lain: “Mejuah-juah” (Karo) dan “Yahohu” (Nias). Ketiga sapaan ini yg paling sering muncul di spanduk2 di Kota Medan sendiri.
Moga2 artikel ini bisa menjelaskan kondisi kota Medan yang multi-etnis pada orang2 di luar kota Medan.