Film ini adalah sequel dari Night at the Museum. Kalo dulu cerita berada di seputar Museum of Natural History di New York, kali ini di Smithsonian di Washington DC. Inti ceritanya, krn museum di New York akan direnovasi, sebagian isi museum dipindahkan ke Federal Archive di Smithsonian. Dan sang monyet kecil mencuri tablet yang memberikan
Setelah sukses besar menuai kontroversi (dan tentunya jumlah penonton) untuk film The DaVinci Code, Robert Langdon kembali muncul dalam film Angels and Demons. Dalam versi novelnya, sebenarnya Angels and Demons terjadi lebih dahulu sebelum The DaVinci Code. Tapi memang, Angels and Demons baru banyak dibaca orang setelah The DaVinci Code terkenal (karena kontroversi nya). Jadi,
Satu film lagi mengenai jaman pra-sejarah, kali ini tidak tanggung-tanggung, mengambil setting pada tahun 10.000 SM. Banyak kritik mengenai film ini di Internet (silahkan di cari), jadi kami akan lebih fokus mengenai pendapat kami sendiri tanpa membandingkan dengan review di tempat lain. Cerita film ini memang menarik, walaupun secara umum tidak terlalu istimewa. Intinya adalah
Luar biasa! Hanya itu yang bisa kami bilang setelah selesai menonton film ini. Malah sebenarnya, sepanjang film ini, kami sudah merasakan bahwa ini adalah sebuah film yang luar biasa. Kami tidak akan menceritakan plot cerita ataupun hal-hal penting mengenai film ini, karena seperti biasa, yang kami sampaikan hanyalah pendapat kami mengenai film ini. Resensi ataupun
Kami menonton film ini hari Sabtu kemaren di Plaza Senayan XXI, jam 7 malam. Sebenarnya kami lebih sering nonton jam 9 malam, tapi kali ini kami nonton jam 7 malam karena bisa datang lebih cepat ke bioskop. Biasanya juga kami udah beli tiket dari siang, tapi kali ini kami baru datang sekitar jam 5 sore.
Ini film science fiction yang lebih banyak menekankan pada aspek efek visual, walaupun alur ceritanya juga tidak terlalu jelek. Efek visual yang diberikan memang harus kuat, karena memang kemampuan melakukan Jump (melompat dari satu titik ke titik lain dimanapun di dunia) harus divisualisasikan dengan luar biasa agar menarik penonton. Toh kami juga menonton film ini
Kami baru aja nonton film ini. Awalnya tidak terlalu tertarik, karena kami kira filmnya kok kurang begitu terkenal. Tapi karena Tommy Lee Jones dinominasikan jadi aktor terbaik Oscar, sepertinya pantas dicoba =) Tema cerita sangat bagus, sangat nyata, dan memang terinspirasi oleh kejadian nyata. Tema utama nya memang mengenai bagaimana kacaunya perang di Irak, bagaimana
Tergoda juga untuk membandingkan antara AFI dengan Indonesian Idol. Tapi, ini tujuannya bukan untuk melihat siapa yg paling baik, krn masing2 punya kelebihan dan kekurangannya masing2. Jadi, tolong baca dengan pikiran terbuka ya! Aku coba bandingkan AFI dan Indonesian Idol dari berbagai aspek, sepanjang yg aku bisa ingat aja. Kenapa ngga dibandingkan dengan acara lain,
Minggu lalu, aku dan Eva nonton The Day After Tomorrow. Tadinya sih pengen nonton Troy di Plaza Semanggi, tapi ternyata tiketnya abis. Jadinya nonton The Day After Tomorrow di Hollywood KC. Seperti biasa, aku cuman ngasih komentar aja. Ngga ada resensi cerita, daftar pemain, dll. Silahkan cari di Google, pasti ada kok =) Filmnya sih
Sabtu kemaren, konser eliminasi ke-2 untuk AFI 2. Entah kenapa, semua peserta rasanya kualitasnya menurun, kecuali Tia. Bahkan yg bagus2 seperti Micky dan Nia, juga tampil buruk. Cindy biasa2 saja, Pasha kurang ekspresif. Adi dan Adit bertukar jenis lagu, dan hasilnya agak hancur. Tapi dengan keluarnya Lia, memang semakin menunjukkan bahwa penonton memang sudah lebih